Jumat, 15 Agustus 2008

Kenapa Gak Percaya Diri???




Oleh: Akhmad Arifin

Ada semacam watak negatif yang dimiliki oleh para aktivis dakwah terutama ketika harus berhadapan dengan kaum liberalisme. Watak ini harus segera dihilangkan, karena apabila terjangkiti terus menerus akan mengakibatkan “rasa rendah diri” dan “kekurangberanian” untuk menyuarakan isi hatinya.


Sebaliknya kaum liberalis merupakan orang yang sangat percaya diri, apa yang diyakininya sebagai kebenaran yang tak terbantahkan, mereka yakin bahwa apa yang mereka pikirkan adalah benar, rasional, dan argumentatif. Dari cara jalannya kita melihat mereka merupakan kumpulan orang-orang yang berfikiran bahwa masa ke depan merupakan milik mereka, masa depan adalah di tangan mereka. Kita tidak dapat menyalahkan mereka terhadap kepercayaan diri mereka, justru yang kita permasalahkan adalah mentalitas sebagian aktivis mahasiswa muslim yang menganggap orang di luar mereka adalah kumpulan orang-orang rasional.

Kenapa gak percaya diri??? Kenapa mereka percaya diri?? Bagaimana caranya agar kita dapat percaya diri??? Itu lah pertanyaan-pertanyaan yang sangat penting. Karena kesuksesan harus ditunjang dengan mentalitas kepercayaan diri yang tinggi. Mentalitas yang mengubah keadaan sosial maupun lingkungannya sesuai dengan idealitasnya sebagai kaum muslimin.
Ada beberapa anggapan yang masuk di telinga kita bahwa;
1. Apa yang kita yakini bukan hasil rasionalitas, oleh karena itu mereka yang mengkritik kita adalah kumpulan makhluk rasionalist. (kita gak rasional mereka rasional, kita bodoh berfilsafat, sedangkan mereka sangat pandai berfilsafat)
2. Hal tersebut ditunjang dengan pernyataan-pernyataan yang ”keliatan rasional” yang dikeluarkan oleh golongan liberal progressif terhadap kaum tradisional-konservativisme
3. adanya suatu keyakinan prasadar yang dimiliki bahwa zaman ke depan adalah zaman yang lebih plural, mempunyai tantangan yang lebih besar, dan agama tak akan mampu menjawab tantangan zaman. sehingga diperlukan penyesuaian atau perdamaian theologis.
4. kita mudah terkelabui oleh pernyataan2 yang argumentatif tanpa selalu mengkritisi ulang, ( a.) menguji tingkat koherensi berfikirnya, b.) mencari kepentingan penundukan ideologisnya, c. kurang berani mempertanyakan detail pemikiran, kelogisan argumentasi, keabsahan bentuk argumentasi, epistomologi yang digunakannya, serta dampak yang diakibatkan bagi aqidah, kerelatifan/kemutlakan paradigma)
5. dll
beberapa hal diatas bukan sebagai sebab, melainkan akibat dari ketidakpercayaan diri sehingga banyak aktivis dakwah yang terlena, menganggap mereka lebih rasional, dan terkadang bersikap sok moderat, dll. Sikap moderat sudah tentu harus dimiliki oleh kaum muslimin, tetapi harus pada tempatnya dimana, kapan dan bagaimana kita mesti bersikap moderat.

Ada sebuah kejadian yang menarik (tapi sekaligus menggelikan) Dalam sebuah munaqosyah yang pernah dihadiri, ada tanya jawab yang menarik. Si Penguji mengkritik dari bacaan al Qur'an, koherensi berfikir obyek skripsi, dan paradigma cara berfikir "obyek" pemikir yang diteliti. tapi tak semua dapat dijelaskan secara memuaskan. Tetapi, ketika si Penguji bertanya: "Lhooo kalo ia orang Islam mestinya ia konsisten dengan keislamannya dong, tidak boleh sembarangan dalam berfikir". Ketika itu, saya berfikir, wahhh.. kalo pertanyaannya begini, maka si Mahasiswa pasti akan lancar banget menjawab...

Betul apa yang ada di otak saya, tidak hanya perkiraan apakah ia mampu, tetapi juga jawaban apa yang akan disampaikannya : "Manusia pada dasarnya bebas, maka tidak ada seorang pun yang berhak melakukan intervensi maupun mencampuri urusan orang lain. Kebebasan manusia adalah mutlak dan merupakan pemberian Tuhan. Sehingga tak ada lembaga agamapun yang berhak mengatasnamakan Tuhan untuk memaksakan kehendaknya kepada orang lain". Dari jawaban ini si mahasiswa merasa mendapatkan angin dan mampu membangkitkan rasa kepercayaan dirinya.

apa yang dapat dipetik dari cerita di atas?? banyak sekali jawaban. kita juga semestinya dapat menertawakan bagaimana pernyataan tersebut mampu membangkitkan sisi emosional seseorang, tanpa meragukan isi kebenaran dari pernyataan tersebut dan seseorang mengambil pendapat itu tanpa suatu usaha untuk berfikir kritis.

Tapi apabila kita mampu mengambil pelajaran dari kasus di atas, maka apa yang diungkapkan oleh mahasiswa tersebut adalah kumpulan pernyataan. Dalam dunia filsafat semestinya suatu pernyataan dapat dilakukan beragam peninjauan. dari segi gramatikal, dari segi penafsiran, keilmuan positivistik (kenapa ungkapan itu muncul dari segi psikologis), bagaimana pengaruhnya terhadap pandangan hidup, apa kepentingan yang melekat dari pernyataan tersebut, apa kandungan makna dari ungkapan tersebut dari sisi orang yang membuat pernyataan, apakah manusia itu bebas secara essensial ataukah ia hanya sebuah aksident yang melekat pada diri tiap manusia tapi terbatas, dsb.

Sebenarnya tidak hanya pada kasus di atas dimana pernyataan yang tidak sesuai dengan Islam dinyatakan secara yakin, tetapi banyak pernyataan. Seperti halnya contoh2 berikut ini;
1. Semua agama adalah sama.
2. Agama itu buatan manusia.
3. Tuhan itu belum tentu ada.
4. Agama itu untuk manusia, bukan untuk Tuhan karena Tuhan tak membutuhkan sesuatu.
5. Agama perlu didekonstruksikan karena konteks pada masa sekarang tidak relevan lagi digunakan theologi tradisional.
6. Iman itu adalah keraguan... dsb.

kita dapat menemukan pernyataan-pernyataan nyleneh itu sampai puluhan. Tetapi apakah semua pernyataan itu logis. Oleh karena itu diperlukan beberapa catatan sesuai dengan pengalaman kami berinteraksi dengan mereka maupun membaca literatur mereka secara langsung.
1. kumpulan pernyataan tersebut, diucapkan dan dituliskan dengan penuh kepercayaan diri, dan merasakan sebuah kebenaran yang nyata, sebagaimana kebenaran bahwa sapi ada karena berada di pelupuk mata.
2. Ucapan itu diucapkan dengan bangga dan merasa bahwa dengan mengucapkan itu maka mereka merasa akan berada dalam jalur yang rasional, benar, maju, kritis, cerdas dan pintar.
3. Pernyataan tersebut tidak pernah dianalisa bagaimana kelogisan bentuk pernyataannya.
4. Antara bentuk pernyataan yang satu dengan yang lainnya belum tentu bersesuaian, hanya sama-sama bertentangan dengan agama.
5. Lebih mementingkan pada usaha dekonstruksi agama tanpa mempertimbangkan kelogisan, sistematika, serta koherensi berfikir.

Kenapa hal ini mungkin?
Hal ini dimungkinkan karena;
1. ada segi keuntungan (pragmatisme) dalam mengucapkan ungkapan2 di atas. Yaitu keuntungan psikologis (memperoleh penghargaan intelektual, penghargaan kemajuan dll)
2. pernyataan di atas memperoleh legitimasi intelektual yang kuat dari media, universitas, sampai pemikir-pemikir.
3. Kecenderungan memandang agama secara negatif, anti-kemajuan, jumud, kolot, sumber konflik. dan hal ini diperparah dengan penyesatan-penyesatan opini atas mereka tentang agama. tentang homoseksual, pemaksaan agama, kasus FPI, terorisme, konflik, pembubaran kebebasan orang lain dsb. (alias memperhatikan saluran komunikasi hanya pada wilayah group sosial tertentu).
4. Lebih instan dan menghasilkan sesuatu yang lebih besar. model cara berfikirnya a la Islam Liberal adalah sangatlah instan (mudah, enak buatnya, gak perlu berfikir susah payah dalam memahami konsepsinya) dan memperoleh hasil yang luar biasa.
5. Kelompok sosial mempengaruhi cara berfikir individu sangat dimungkinkan, karena manusia itu tidak selamanya menentukan pilihan cara berfikirnya, tetapi banyak cara berfikirnya ditentukan oleh kelompok sosialnya.

untuk mengatasi hal ini maka diperlukan suatu sikap dasar, yang meliputi;
1) membangkitkan ghirah keislaman.
2) menanamkan rasa kebanggaan kepada agama
3) memperkuat keimanan kepada agama Islam

ketiganya merupakan prasyarat bagi seorang da'i. sedangkan dalam masalah ini, maka diperlukan berbagai langkah untuk melakukan dakwah, dengan menegasikan atau mengurangi faktor seseorang itu percaya diri terhadap doktrin liberalnya.

Semoga bermanfaat...

Read More......

4 komentar:

  1. Wah..., garang sekali tuh nenek.

    Selamat menunaikan ibadah puasa.

    Salam.

    BalasHapus
  2. emang dibuat garang... oke, makasih atas comment-nya

    BalasHapus
  3. Assalamu'alaikum.Wr. Wb. akhi, ana Yudi mahasiswa IAIN Sunan Ampel SBY, fakultas Ushuluddin jurusan politik Islam.semester VI ana salut dengan perkembangan KAMMI di Ushuluddin. ana selalu berharap kta bersama-sama dapat merubah pemikiran yang nyeleneh di IAIN/UIN. ok. ana cuma minta no antum. ana ingin lebih menjalin hubungan komunikasi dengan KAMMI Ushuludin sini. kirim di no ne ya no antm = 085746162745. ok syukron JZK. Ila liqo'

    BalasHapus
  4. Wa'alaikum salam wa rahmatullahi wa barakatuh

    jazakumullah khoiron katsiroo... Terimakasih atas postingnya. Insya Allah akan kami balas .. tapi saya sendiri tidak mempunyai no hp (Kalo sms pinjam milik teman). email saya pribadi; arifin.lucu@gmail.com or akhm.arifin@yahoo.co.uk, sedangkan friendster; http://profiles.friendster.com/lucudanselaluceria

    tentang KAMMI; Sebenarnya bukan permasalahan KAMMI atau tidak. karena KAMMI itu hanya "kendaraan", sedangkan tujuannya adalah "Islam". saya pribadi tak peduli entah KAMMI berkembang atau tidak, yang penting bagaimana kita berusaha sekuat mungkin mengurangi pemikiran "saking pintere tralalala" di Ushuluddin semampu kita.

    Jazakallah atas postingnya,
    wassalamu'alaikum wr wb

    BalasHapus