Minggu, 22 Juni 2008

MENYIKAPI LAGU INTERNATIONALE

Oleh:Akhmad Arifin

temen2, tau gak lagu Internationale? Lagu internationale kini menjadi lagu favorit dinyanyikan setelah lagu "darah Juang". Nah lagu internationale itu sebenarnya lagu yang sangat terkenal, dan dinyanyikan secara hikmat oleh hampir semua orang sosialis, komunis atau yg beraliran lebih moderat, sosialis demokrat. Sebuah lagu yang isinya ajakan untuk melakukan perjuangan dari para kaum tertindas untuk mengalahkan para tirani dan kaum berjouis.

lagu ini sebenarnya dciptakan oleh Eugène Pottier (1816–1887, seorang yang satu masa dengan kehidupan Karl Marx. Lagu itu ditulis pada tahun 1870, dengan judul asli C'est la lutte finale/ Groupons-nous et demain/ L'Internationale/ Sera le genre humain. yang kira-kira artinya Inilah Akhir Perjuangan, Marilah kita menyongsong bersama .... Internasionale... akan mennyatukan seluruh ras manusia.. tapi akhirnya lagu ini diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia, termasuk ke dalam Bahasa Indonesia, yang menurut sebagian orang dialihbahasakan oleh Ki Hajar Dewantoro. Dan judulnya yang panjang lebar tadi berubah menjadi "Internationale".

Tetapi banyak sekali versi terjemahan lagu itu dalam satu bahasa sekalipun. di Indonesia saja ada beragam, salah satunya yang terkenal adalah versi Partai Komunis Indonesia (PKI) yang bunyinya sebagaimana berikut ini;

Bangunlah kaum jang terhina,
Bangunlah kaum jang lapar.
Kehendak jang mulja dalam dunia
Senantiasa tambah besar.
Lenjapkan adat dan faham tua
kita Rakjat sedar-sedar.
Dunia sudah berganti rupa
Untuk kemenangan kita.

Perdjuangan penghabisan,
Kumpullah berlawan.
Dan Internasionale
Pastilah didunia.

Tetapi lagu yang paling banyak dinyanyikan dan yang paling dikenal adalah lagu genjer-genjer, walaupun tak sedikit pula dari para aktivis PKI yang menyanyikan lagu ini.

selain Indonesia, juga ada versi dari bahasa inggris. ini adalah salah satu contoh versi dalam Bahasa Inggris;
Stand up, wretched of the earth
Stand up, galley slaves of hunger
Reason thunders in its volcano
This is the eruption of the end
Of the past let us wipe the slate clean
Masses, slaves, arise, arise
The world is about to change its foundation
We are nothing, let us be all
This is the final struggle
Let us gather together, and tomorrow
The Internationale
Will be the human race :|

Mungkin sangat lucu apabila lagu ini dialihbahasakan ke Bahasa Arab. Sudah tentu, tidak semua rakyat dari negara Arab bukan hanya muslim, melainkan juga menganut Kristen, Katholik, atau masih memegang teguh kepercayaan lokal, termasuk Atheis komunist. Dan lagu ini pun diterjemahkan oleh kaum marxist Arab, dengan menggunakan bahasa Arab. Jadi Kalau tidak tau nada dan melodinya, mungkin akan mengira lagu itu adalah lagu nasyid atau qosidah islamiyah hehehe...

Sedangkan versi terjemahan dalam bahasa Indonesia Lagu ini , sering kali penulis dengar dinyanyikan ketika demonstrasi, dilihat dari liriknya sebenarnya "hanya" ajakan untuk melakukan perlawanan terhadap ketidakadilan. Tetapi mengapa harus judul lagu itu yang dipilih? apakah tidak ada kreativitas lain membuat lagu yg lebih bagus? kenapa memilih lagu sosialis internasional? ada kecenderungan apa? apakah karena ideologisnya, atau hanya itu karena asal "keliatan keren aja?=" tanpa melihat dampak dari reaksi ummat beragama?.

Mungkin dengan dimulainya era reformasi ada beberapa dampak yang kita terima selain dampak positifnya, yaitu kebebasan rakyat indonesia itu sendiri. Dari wacana kebebasan seksual termasuk pelegalan homoseksual dan perkawinan sejenis, sampai kebebasan untuk tidak beragama dan bertuhan sekalipun, termasuk kebebasan melagukan lagu Internationale. Mungkin ke depan akan ada kebebasan untuk memuja setan sekalipun, pasti dilegalkan dapat dukungan atas nama kebebasan berkeyakinan yang dijamin dalam Nilai Universal sebagaimana piagam PBB.

Tetapi, inilah dunia, seorang muslim harus selalu berhadapan dengan realitas yang tidak sesuai dengan idealitasnya. Hanya dengan Dakwah dan Jihadlah, manusia muslim berdialektika dengan realitas sosialnya untuk menemukan sebuah masyarakat sebagaimana yang diidealkannya. Kita selalu dikritik bahwa kita selalu menghakimi dan menghukum pihak lain dengan haram dan halal, oleh karena itu dalam menyikapi maraknya lagu tersebut di kalangan mahasiswa "kiri" akhir-akhir ini, diperlukan sebuah terobosan kreativitas, salah satunya adalah mengubah lirik lagu tersebut dengan lirik-lirik islami yang mampu mengobarkan semangat kita dalam berjuang di jalanNya.

Tetapi melodi atau nada dalam lagu tersebut tidak perlu diubah, karena melodi dalam lagu internasionale lebih bercorak "pembangkit semangat" dan mampu menggugah emosional kita. Emang semua lagu "anthem" (lagu kebesaran) yang dibuat akhir abad 19 dan awal 20-an mengesankan tentang optimisme dan harapan ke depan yang harus ditempuh melalui pendobrakan emosional. Sehingga lebih bersifat "semangat" daripada "loyo". Tetapi lirik lagu tersebut bersifat non theistik, yg menggambarkan perjuangan rakyat yang mengakhiri masa "stratifikasi sosial" dan bersifat anti pada agama. Oleh karena itu lirik harus diganti sedangkan nada dan melodi perlu dipertahankan, menjadi sebuah nasyid islami, yang menggelorakan semangat perjuangan.

Nah Point yang terpenting dalam posting kali ini adalah bagaimana semangat sebagai kaum muslimin dapat terus membara, kalau perlu mengalihbahasakan lagu internationale menjadi lirik yang islami, dan menjadi syair pembangkit semangat untuk mengobarkan nilai-nilai keislaman. Sebagaimana lagu tersebut untuk membangkitkan semangat para kaum revolusioner komunis untuk mengobarkan nilai-nilai atheistik mereka .



< >

Read More......

4 komentar:

  1. wahh.. hebat, baca tulisan tentang lagu internationale dan disedain musik lagu internationale juga... salut dech

    BalasHapus
  2. iya nichh...
    baca sejarah suatu lagu disertai dengan selingan lagu itu dalam bhs inggris, trus disertai suatu kesimpulan yg menggambarkan sikap kita terhadap lagu itu.
    sayangnya kok lagu itu dipasang dimana kok gak ketemu sich? padahal dah aku cari sampai ke bawah, ketemunya malah lagu Letto.

    BalasHapus
  3. Rasulullah mengharamkan lagu dalam satu hadits dimana perbuatan musik, disatukan dengan mabuk2an dan pesta wanita. kalo asal-usul tentang lagu nasyid tidak bisa anda pukul itu dari tradisi sufi,saya kira lebih tepatnya adalah tradisi yang berkembang dipadukan pada musik kontemporer, dan kemudian dibuat lirik yang sesuai dg agama dan nadanya disesuaikan dg emosional kaum muslimin. seperti nada-2 yg menimbulkan suatu emosional yg tenang, syahdu untuk mengingat Allah, dll. jadi tidak sembarang nada yg digunakan.

    tentang anda yang menyamakan begitu saja antara yg islami dengan tindakan anda, hal itu emang mudah banget untuk dilakukan. kalo anda saya pakai pakaian wanita, apakah aku lantas menyebut anda seorang wanita?

    apakah anda menyembah setan, sebagai seorang germo (walaupun itu tak anda tafsirkan sebagai bentuk eksploitas tubuh) disamakan begitu saja dengan apa2 yg telah diperbuat kaum muslimin walaupun sama2 menegakkan keadilan.

    apakah persamaan parsial harus mengasumsikan adanya persamaan yg sifatnya essensial?
    Klo gitu ya samain semua aja, kambing disamain dg kucing, manusia disamain dengan kenthongan. essensinya kan sama (itu menurut loe)
    gitu aja kok repot
    (sorry keburu-buru nihhh.. kapan2 gue lanjutin

    BalasHapus
  4. ttg industri agama;
    gue tuh pertama kali denger pernyataan itu ketika bedah buku "Islam Jangan Dijual" karya Mas Eko Prasetyo.

    banyak kasus yg mana agama dijadiin "modal" utk hidup. misalnya; sms mubaligh, da'i, sinetron islami, paket wisata umroh, tukang jaga masjid, tukang jual buku agama, dll

    so, that gak hanya agama, yg dijual, tetapi banyak juga yg menjual rakyat dan kemiskinan. seakan-akan membela mereka, padahal mereka tak lebih buat proposal tender yg menguntungkan mereka atau rakyat sekedar sebatu batu loncatan untuk mencapai apa yg mereka ingin//

    biasa... entar dapet bea siswa luar negeri atau penghargaan sebagai pembela rakyat (pahlawan). banyak orang yg nyebut dirinya kiri, padahal masih anak mama, menikmati laptop, shoping di swalayan, sukanya hura-hura dll

    padahal apa yg mereka nikmati adalah hasil nyata kaum proletar, bukan hasil keringat mereka sendiri. mereka adalah kumpulan orang2 manja yg menjijikkan, dan apabila ketemu ama mereka terasa ludahku ingin mampir ke muka mereka.

    terima kasih atas postingnya...
    wassalamu'alaikum wr wb

    BalasHapus